04 May 2010

Pengamen

Ada seorang dekat yang pernah bilang,” Daripada ngamen, mending cari kerja!”
Spontan pertanyaan yang muncul di otak saya adalah: “Ngamen itu kerjaan bukan?”
>
Kalau definisi pengemis adalah orang yang minta-minta tanpa melakukan apa-apa, kenapa ada orang yang mengkategorikan pengamen sebagai pengemis?
Bukannya pengamen itu melakukan ‘sesuatu’ sebagai ganti dari uang yang diberikan penduduk-secara sukarela maupun tidak. Mungkin mereka (cuma) nyanyi-biarpun suara cempereng sampe bikin tikus ngacir, maen gitar-biarpun (cuma) genjreng-genjreng nyaring asal-asalan yang bisa bikin penduduk se-kecamatan sakit telinga, mukulin kecekan-biarpun ga ada nada dan bikin anjing tetangga menggonggong harmonis dengan iramanya....
Biarpun apa yang mereka lakukan mungkin ga sesuai sama keinginan yang ‘dimintain-duit’, apakah pengamen itu ngemis?


Orang luar negri (luar Indonesia) bilang: Mereka itu ‘Street Performer’,
Di dalam negri (Indonesia), mereka itu pengamen.
Makin rumit, makin digemari.
Yang sederhana, tidak dihargai.
>
Coba deh tonton pilem-pilem luar angkasa, eh luar negri, ada ga orang-orang yang nyanyi-nyanyi, nari-nari di tengah kota dalam keramaian untuk selanjutnya dimintain sumbangan sukarela setelah pertunjukan usai?
Tapi memang para ‘street performer’ ini harus diakui melakukan aksinya dengan lebih perlente...
Baju rapi mulus, peralatan mengkilap, dan kemampuan pun mungkin tidak umum ditemukan di setiap sudut gang.
Kalau kita artikan secara langsung, ‘street performer’ bisa diartikan ‘artis jalanan’.
Nah lo! Kalau pengamen=’street performer’, dan ‘street performer’=’artis jalanan’, berarti pengamen=’artis jalanan’, dong? (Bisa disejajarkan sama Rhoma Irama dan Chelsea Olivia ga?)


>
Apakah tidak sebaiknya pemerintah kita mencanangkan lokakarya pengayaan untuk para pengamen ataupun kalau bisa semua pengemis atau gelandangan? Sehingga mereka bisa melakukan pertunjukan yang lebih ber-‘kualitas’ dan lebih menarik perhatian penduduk serta menumbuhkan respek penduduk terhadap para ‘performer’ ini. (Lebih perlente, gitu?)
Lebih baik lagi kalau mereka bisa diberikan tempat khusus yang cukup strategis untuk menarik perhatian khalayak, agar mereka tidak perlu lagi merasa terancam dan takut dalam hal peluang dan jaminan mencari nafkah.


Biar sama-sama mencari nafkah,
Kenapa pengamen dinodai, pebisnis dihormati?
>
Semua orang punya hak untuk mencari nafkah, kan?
Hak untuk mengusahakan sesuatu demi ‘mencari sesuap nasi dan segenggam berlian’? (Frasa ini dipinjam dari percakapan kocak di suatu hari yang muram bersama seorang tokoh pendidik yang berarti banyak dalam hidup penulis – red.)
Tapi banyak pengamen yang lagi ‘ngedar’ lari tunggang-langgang keliling rukun warga (R.W.) gara-gara ditangkap basah lalu dikejar sama polisi yang ‘cuma menjalankan tugas’ dikarenakan oleh komplain warga yang merasa terganggu oleh aktivitas mereka. Sementara para pebisnis (direktur, manajer, pekerja-pekerja yang sudah mencapai puncak atau posisi yang cukup menjamin, dll.) yang tajir-borju pake setelan kerja Armani dan Prada, mengendarai Porsche atau Lamborghini selalunya disambut senyum-ramah-siap-sedia petugas-petugas jaga di balik pagar tinggi bangunan pencakar langit yang ‘bebas-pengamen’.
Jangan salah asumsi, saya tidak memiliki konflik ataupun dendam pribadi terhadap para pebisnis (Secara penulis ini juga hidup dari tangan para pebisnis – red.), tetapi pernahkah anda berikan sedikit ruang di waktu dan perhatian anda secuil saja mengenai kehidupan lain yang terjalani di belakang jeruji kenyamanan kita?


>
Terus terang saya tidak pernah banyak berpikir mengenai topik ini. Setiap ada pengamen yang lewat dan mampir di depan rumah saya, selalunya akan saya berikan subsidi seujung-kuku yang SERELANYA. Kalau lagi tidak rela, ya tidak memberi. Padahal berada diantara banyaknya orang yang tidak peduli dan tidak rela, jumlah subsidi per harinya mungkin tidak mencukupi walau cuma untuk beli indomi semangkok. Terima kasih terhadap seorang dekat yang melontarkan pernyataan tersebut di atas, terus terngiang-ngiang di benak saya terhadap pengalaman saya yang terbingung-bingung sepuluh keliling dengan pertanyaan yang muncul setelahnya.
Pada akhirnya saya memutuskan untuk menuangkan pemikiran saya di tulisan ini dengan tujuan mendapatkan pencerahan dari pembaca. (Maksudnya: tolong komennya... Hehehe....)


Catatan: Tulisan ini dibuat tidak sebagai sarana agar penulis terlihat baik dan suka menolong ataupun idealis, tidak juga dimaksudkan untuk mengakusisi atau menyerang pihak-pihak tertentu. Ini hanya merupakan sarana bagi penulis untuk menuangkan pemikiran yang tersimpan di benak dan berbagi pendapat dalam media yang (mudah-mudahan) tepat.




Cheers,
Lina.

...

I’m tired of this...
I’m really tired.
I don’t want to know all this
I just don’t want to know...
I’ve been running,
Running away and hide
But sometimes I just can’t
It’s all coming back to me
It’s true
The tears unseen
The wound unhealed
It’s haunting
Haunting until I can’t stand it,
I can’t bear it.
I just simply don’t want to know!
When it’s unbearable,
It’s just weakness, numb
Unconsciousness in the consciousness.
The tears that rolled,
Are maybe for nothing, but nothing...
Numb.


14 July 2008 13.45 p.m.
NUH Ward 12 Bed 13


PS. Thanks to the nurse ^^ (What is your ambition?)


Love,
Lina.

Cheetah (9 July 2008)

Gracefully elegant, yet firmly strong, confidently leaving the offspring
Looking forward for another future, another offspring
With certainty walking through grassy land under the shine of sunset
Red, brown, sparkling gold,
Harmoniously imposing the mama cheetah heading up to another territory,
For teaching another cheetah’s cubs how to run.


Inspired by: National Geographic January 2005, Mama Cat-Alone Again(Pic.)


Love,
Lina.

Inspired by: The Butterfly, A Film by Nayato Fio Nuala

Rasa aman bersama sahabat itu nyaman, menenangkan.
Rasa nyaman bersama kekasih itu mendebarkan,
penuh ketengangan, kadang tertekan oleh kebaikan
Rasa aman bersama sahabat itu melegakan, lepas bebas
tanpa halangan jadi diri sendiri
Mencurahkan segala rasa dan asa, tanpa takut menjadi beban
karna beban seorang sahabat bukan beban,
Bukan kewajiban
hanya ada keinginan dan harapan, hanya ketulusan.
Kebahagiaan yang ingin dicurahkan oleh kekasih bagai air terjun,
menyesak, penuh di dalam dada karena keinginan yang membuncah,
penuh harapan semega dunia
Sesak oleh karena rasa akan kewajiban
dan ketakutan, yang tak habis akan mengecewakan dengan pembenaran...
Semua dalam khayalan...
Sarkasme...
Aku hanya ingin kau jujur,
tiada arti bagi sahabat tanpa masalah bersama
Dengan atau tanpa rahasia, sahabat yang membuat kita terbebas dan lepas,
lega dan tenang dan santai
Membuka diri sendiri tanpa harus sembunyi
daripada kenyataan yang diri sendiri pun tak berani
Rahasia yang merasa akan melebur dunia jadi lebih baik,
karna ia tetap Rahasia
Tapi Rahasia akan tetap tersembunyi
dari Rahasia-Rahasia lain yang tidak pernah membuat dunia baik,
Karna dan tapi, ia tetap Rahasia.






Catatan: Renungan ini ditulis pada saat sampai setelah menonton The Butterfly, sebuah film produksi Indonesia karya Nayato Fio Nuala yang dibintangi oleh Debby Kristy, Poppy Sovia dan Andhika Pratama. Film yang menceritakan perjalanan hidup remaja-remaja yang dikomplikasikan dengan masalah yang terkadang tak kita sadari bahwa ia eksis.




Cheers,
Lina.

Kekanak-kanakan dan Kedewasaan

Aku ini masih anak-anak...
Masih berada di duniaku yang serba anak-anak,
Serba kekanak-kanakan...
"Dewaca (Dewasa--red.) itu apa? Enak gak?"
Masih tetap mengeruk belas kasih sayang iba perhatian dari orang-orang yang merasa dewasa...
Masih menangis iba dalam menghukum, dihukum, dan penghukuman..
Masih tertawa lepas bebas dengan dada membuncah karena bangga bila dipuji....
Aku masih anak-anak dengan sejuta keinginanku..
Salah,
tak-terhingga-keinginanku....
"Mama, Mama...Mau yang ini....Ini juga..."
"Pa, beliin ini, dong! Temenku punya semua...."
"KAK, AKU MAU MAIN!"
"MAMA! AKU GAK SUKA ITU!
"PAPA JAHAT! AKU KAN CUMA MAU BELI INI!"
Masih menurut pada cokelat dan manisan, bersolek make-up dan perhiasan aksesori bling-bling yang menjerat mata...
Masih bertanya-tanya tentang santun dan kesolehan..
tentang rendah hati dan bakti,
tentang lapang dada dan rajin, serta nasib dan takdir....
"Apakah Tuan Nasib dan Tuan Takdir akan memberikan permen pada saat mereka berkunjung nanti?"
Tiada lagi ku tahu artinya jadi dewasa,
tiada pula ku cari lagi, jalan jadi dewasa...
Kedewasaan yang terbatas dan membatasi...
Kedewasaan yang bermoral dan berbakti,
berakhlak serta santun dan peragaan penampilan kompeten bagai di fashion show di atas catwalk...
Tanpa lelah berganti wajah serta raut dan ekspresi...
Bahasa tubuh, mata, mulut, tak lagi semakin suci putih murni dalam kedewasaan..
Senyum sana, senyum sini, demi keinginan yang entah-jujur-entah-tidak...
Namun yang punya mau pun tak tahu karena sudah terlalu sering meminta...
Sudah jadi kebiasaan-tanpa-perlu-dipertanyakan, sudah dilakukan-saja-tanpa-harus-dipikir-lagi terus....
Hingga sudah jadi nyata dan fakta...
Saking seringnya dan sehingga tak seorang lagipun tahu bedanya...
Anak-anak yang masih memiliki keegoisan yang jujur sebaiknya tetap berada disana...
Atau diawetkan ketika mereka ingin beranjak dewasa, hingga tetap kita tatap dan kenang dalam keluguannya...
Kedewasaan dan pengertian membawa berita juga bencana..
Bencana dalam pengertian bahwa dunia tak lagi sama..
tak lagi indah dan sederhana...
Kekaguman silih berganti kala tak ada pengertian, hanya penerimaan yang 'nrimo....
tanpa tanya dan asa....
tanpa marah, hanya rasa...
Komplikasi yang terjahit rumit dalam pengertianku kala kanak-kanakku,
membuat benang kusut pun terlihat sederhana...
Hanya kesabaran yang dapat uraikan yang kusut...
Namun kesabaran dalam pengertian yang dewasa tidaklah berbanding lurus dengan kerumitan komplikasi....
Aku ini ingin masih tetap anak-anak,
dengan tak-terhingga tak-tahu-nya,
dengan tak-terhingga kepolosan nan lugunya...
dengan tidak tahu apa-apa....

Love,
Lina.

Ra-SIAL-isme...*BLUEKH!*

Dunia udah makin cosmo and modern, tapi masih banyak aja orang yang ngeliat orang lain berdasarkan ras. Iya, 'RAS'! Sebuah kata yang cuma punya tiga huruf itu, udah bikin BANYAK kekacauan di mana-mana. Mulai dari pencekalan bisnis, sampai peng-kambing-hitam-an diantara orang-orang yang beda ras.*sigh*



>
Sebagai penduduk Negara Indonesia yang berketurunan Tionghua, mungkin gue cuma bisa membagi pandangan gue tentang perlakuan orang-orang yang rasialis terhadap orang-orang keturunan Tionghua -- yang PADAHAL SAMA-SAMA INDONESIA! (Penting ga sich?) *SIGH*
But it doesn't mean kalo suku-suku atawa ras-ras lain selalu menerima perlakuan yang sepantasnya, does it?
Gue merasa cukup beruntung karena di kota asal gue (kalo ada yang tau: Pangkalpinang), rata-rata penduduknya cukup harmonis sehingga masa kecil gue ga merasakan sentuhan rasialisme. *happy!^^*
Di sekolah, lingkungan rumah, pasar, tempet nongkrong, ga ada yang namanya berantem, pembantaian, pengeroyokan, pengucilan gara-gara ras. Dari yang Batak, Tionghua, Jawa, ampe Flores, semuanya maen, ngumpul, nongkrong, belajar, and kerja bareng-bareng dalam suasana yang aman tenteram. *happy! lagi ^^*
However, emang tetep ada orang-orang yang rada rasialis, tapi mereka ga terlalu radikal dan juga ga terlalu banyak! *yeah!*
Rasialisme yang paling berasa pas kecil (jaman Orde Baru, tuch!), yaitu pas mau Tahun Baru Imlek. Menjelang Tahun Baru Imlek, biasanya gue and keluarga ngunjungin makam-makam leluhur buat ngedoain dan bersihin makamnya. *kangen masa-masa itu....*
Yang jadi kendala adalah ga adanya liburan nasional untuk Tahun Baru Imlek saat itu! Gue sering musti izin dari sekolah untuk pergi ke makam dan ngerayain Tahun Baru Imlek, secara buat keluarga gue ngerayain Imlek itu penting banget + buat kumpul-kumpul sama keluarga yang udah ngerantau ke luar daerah...
Untung sekolah-sekolah pada mafhum kalo kita mau Imlek, so kadang-kadang kita dikasih pulang cepet atau malah libur sehari penuh. Emang ga banyak sih, tapi cukup lah....
Pada saat pemerintahan udah berganti, thanks a bunch buat Gus Dur yang udah ngasih libur nasional buat Imlek. Biar kate cuma sehari, udah lumayan banget, tuch! :P



Yang bikin paling ngeri, pada saat kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Faktanya: BANYAK orang keturunan TIONGHUA yang dibantai, diperkosa, dibasmi! Dan, dibilang, "CINA!"
I mean; KAMI ITU ORANG INDONESIA!
Banyak dari mereka yang terkena 'musibah' -- yang dituduh 'CINA', itu ORANG INDONESIA ASLI!
Dalam arti kata: lahir di Indonesia -- ber-orang-tua, ber-kakek-nenek, ber-buyut yang juga lahir dan tumbuh di INDONESIA! Walau berketurunan Tionghua.
Tapi apa bedanya?
Ada yang keturunan Batak, Jawa, Irian, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan masih banyak suku-suku atawa ras-ras lain-lain! Tul gak?
Kenapa sich harus membasmi kita? *udah rada anget, niech...*
Banyak warga Negara Indonesia yang keturunan Tionghua esp. yang berkediaman di Jakarta sampai apply untuk tinggal di negara lain. *sayang banget, kan? Bukannya kita seharusnya merasa aman di negara sendiri?* It's not that we're komunis atawa orang-orang yang mau KUDETA pemerintahan Indonesia.
Malah banyak dari kita yang merupakan pendukung and penyokong berat pemerintahan Indonesia...
Gue merasa cukup hoki karena gue belom ke Jakarta waktu itu. Sehingga gue ga terlalu ngerasain ke-radikal-an waktu itu, walau ketakutan orang-orang keturunan Tionghua di kota gue cukup terasa. TT....
Dan saat gue di Jakarta, gue juga ga pernah ngerasain yang namanya rasialisme...
Hehehe...
Coz, waktu gue di Jakarta, rasialisme udah lumayan teredam, thanks lagi buat pemerintah yang baru... :P



>
Setelah itu, gue puter haluan ke Singapura. Di negri singa yang juga cosmopolitan and punya Racial Harmony Day, gue expect negara yang ga punya rasialisme...
But, there is this experience in my new government school:
(Background: Meja-kursi yang diatur jadi beberapa group, masing-masing group kurang lebih 4-5 orang.)
Tersebutlah di group gue, ada 3 Singaporean yang ber-ras Malay + 1 gue orang Indonesia keturunan Tionghua yang ngambil mata pelajaran Malay Language, secara gue ga bisa Mandarin... :P (Padahal udah 4/5 taon gue dicekokin les Mandarin ama nyokap gue...*swt*...)
So, adalah 1 Singaporean Malay ini yang bilang gini: See, this table(group) is so good!
Gue: Why?
(S-M): Yalah, all Malay what?!
Gue: *SHOCK* SO????
(S-M): Other table got Chinese! Chinese all not good! *nada merendahkan gitu....*
Gue: But you all Singaporean what? One country? One nationality? *rada idealis+kepala aga ngasep...*
(S-M): Yalah, but Chinese not good lah...
Gue: Why ah?
(S-M): Not good lah... *menolak menjelaskan, gue rasa emang pendapat ga berdasar gitu dech...*
Gue: But then, I also got Chinese blood what?
(S-M): You're not Indonesian meh? *bingung*
Gue: Yalah! But I also got Chinese blood....*sape nyang bilang gue malay?*
(S-M): (nampaknya shock...) Oooo....So you half-half a?..Half-half not good lah!
Gue: *EXTREMELY SHOCK! Apaan nich maksudnya 'half-half'? Lu kate gue es campur? Buju-bushyet....*
(Maap yach, coz kita pakenya Singlish gitchu, dech.... :P)



Setelahnya, gue belajar bahwa masih BANYAK penduduk Singapura yang kurang suka terhadap orang-orang yang berlainan ras sama mereka...*SWT...*



>
Mungkin gue terlalu idealis atawa naif buat ngarepin ga adanya rasialisme di belahan dunia manapun...(Tapi, ngarep aja boleh kan???) Mungkin karena background gue yang ga ngerasain keradikalan rasialisme, tapi coba dech dipikirin....
Gimana kalo seandainya:
Ga ada yang ngeliat orang lain dari RAS?
Ga ada kesulitan untuk mendapat edukasi gara-gara RAS? (Ini berdasarkan KISAH NYATA pengalaman beberapa orang teman yang kini telah memasuki kehidupan sekolah di Singapura.)
Ga ada pencekalan bisnis yang berdasarkan RAS? (Ini juga berdasarkan KISAH NYATA di Indonesia)
-Sedikit cerita aja: bahwa pernah ada semacam meeting atawa talkshow yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi di Indonesia, dimana ada pejabat yang membicarakan untuk mencekal bisnis-bisnis orang Tionghua di Indonesia.(Kalo gitu mau cari makan dimana coba? ^@#$%&*! )
etc, etc....
Intinya,
Gimana kalo ga ada rasialisme?
Semua orang hidup bareng-bareng dengan tenang tenteram dan sesuai dengan kerja keras masing-masing....
Sukseskan pembauran dunia!
Cheers!









>
Maap kalo ada yang ngerasa offended...
It isn't meant for offencing people...
Tapi kalo ngomong tentang rasialisme, gue emang jadi aga berapi-api gitu dech... *malu...*
Kalo ada yang punya pendapat, don't hesitate to leave me comments!
I'm looking forward for your reply....^^


Love,
Lina.

SMS Gendeng!

Tersebutlah sebuah pesan singkat yang entah berasal usul dari mana...:


>
Don't send back:


"M*R*NG B*WON* S*ANG**R*P S*KM* G*ND* MAY*T N*NG R*M*KS* INGS*N K*S*J*N" (Bacaan disensor untuk keselamatan dan kenyamanan para pembaca -- red.)


anda baru saja melihat dan telah berikrar menikahi MAYAT.


Kirim sms ini ke 10 temanmu. Jangan sampe putus di kamu. Kalo terputus dia akan menemani tidurmu. Walau tak terlihat, tapi dia akan muncul kapan saja. Fakta! Liat trans7 kalo ga percaya di acara asal usul.


Sender:
Mr. X
+***
(Identitas pengirim disensor demi keselamatan dan ke-konfiden-SIAL-an pengirim -- red.)


Sent:
00:00:00
22 April 2008


>
Oo~....
Jantung mau rontok rasanya...
Mana gue sempet ngucapin bacaan-nya lagi!!! Duh, duh... Keringet dah se-biji-jagung nich! P*c*ng-p*c*ng, mbak K*nti, W*w*-g*mb*l, serta S*d*ko dan teman-temannya udah berseliweran di kepala gue....
Duh! Gimana nich?!
Pas mau tidur:
Oo~....(lagi...)
Gue kalo tidur kudu pake guling and the selimut, nich! Guling tersebut tingginya ga sampe leher gue, sedangkan gue kalo pake selimut selalu sampe nutupin leher...
Yang sampai pada kesimpulan: gimana kalo gue lagi tidur enak-enaknya, si guling ini berubah ujud???
Oh~, NO~.....(jadi lemes...)


>
Alaa~h, sms gini doank! Paling orang iseng aja! Yang ginian mah kagak mungkin terjadi! Lagian mana ada sih yang kayak gituan di dunia ini? Mana? Mana? Mana? (mulai norak) Lu kate jaman baheula?
Udah! Tidur sana!
(Ampooo~n, mbak-mbak and mas-mas di "sana"... Ini cuma pemikiran orang yang saya cantumkan sebagai ++ aja... -- red.)


>
Ada ga ada, yang penting kita percaya sama Yang Di Atas. Dengan perantara agama apa-pun, dekatkan diri pada-Nya, sehingga hanya daripada-Nya sajalah kita dilindungi. Hal-hal yang halus-halus ataupun tak kasat mata itu tidak bisa dibuktikan keberadaannya. Namun bukan berarti mereka itu sepenuhnya tidak ada. Hanya kita saja yang tidak mengetahui...
Pesan: Tetap sopan dan menghargai siapa saja, baik yang kelihatan maupun tidak...


>
Omigosh! Really? MAU! MAU! MAU! (Norak, abez!) Mana??? Kalo bisa aye mau ketemu sekarang, donk! Gilak, man! Akhirnya kesempetan ini dateng juga! Mau aye jadiin temen, tuch! Kan asik abez kalo bisa diajak ngobrol, apalagi kalo lagi ga ada orang buat diajak ngobrol. Mbak, mas... cepet dateng, do~nk. Banyak yang mau aye ceritain, nich! Kalo datengnya ntar malem, ntar aye udah tidur, jadi ga bisa cerita-cerita lagi dunk! (Ini cuma pemikiran orang lain juga, yang saya tambahkan sebagai ++ juga -- red.)


>
*dag, dig, dug, DUER* Ga penting banget sih! (Sok cool a la ga percaya, tapi tetep ngirim ke 10 orang - bahkan lebih - 'coz TAKUT SETENGAH MAMPO~S! Abis itu maraton doa ga karuan sebelum tidur.)


>
Ih, keren nich sms! Kirim banyak-banyak aa~ch! Pasti anak-anak itu jadi pada ketakutan ampe ga berani ngapa-ngapain sendiri! Wakakakakakak... (SWT -- red.)


>
Apa sih? Malem-malem masih sms-an...Uuh... *mata udah ga jelas saking ngantuknya...* Bodo ach! (Beberapa saat kemudian terdengar lamat-lamat piano requiem...)


>
Anj*nk! F*ckin Sh*t! H*lly A**h*le! B*bi! %&!*@^$!
Sialan yang ngirim! Ga tau apa gue takut HOROR! Sialan!
Anj*nk! ANJ*NK! ANJ*NK!
(Tipe orang yang ga kenal Tuhan, alias gue banget tuch! Hehehe... -- red.)


>
(Background: diskotik+house-music-dj-keren+mi-ras-abeezz+drugs+cewe-cowo-lagi-mabok-nari-nari)
Married ma mayat? Tar aja kali ye... Belon mau married gue! Masih mau ngent*t-ngent*t dululah! F*ck 'ya babe~! Belon puas nich! Yeah, yeah! Kakakakakak.... Ampoo~n dejey~!


>
M*....r*....ng... b*....won.... Apaan sih nich? Bahasa mana lagi? Dasar si Anu! Sms kok pake bahasa pelanet?! Tauk ach! *hapus*......






Kesimpulan:
Kalo buta, emang ga enak... Tapi kadang-kadang kalo ga bisa baca, terutama hal-hal kayak gitu, ada enaknya juga kan?
Intinya, bersyukurlah dengan apa yang kamu miliki dan punyai, ciptakanlah kesempatan-kesempatan yang menguntungkan dengan apa yang ada. Bagai pepatah; tiada rotan, akarpun jadi. *gedebuk, gedebuk, gejubrak, gejubrak, DENG!* (Penulis jadi luka-luka memar-memar gara-gara jatuh menggelinding dari lantai 4 sebuah HDB flat hingga ke lantai 1 di HDB flat yang sama.. -- red.) *GELO!*


Love,
Lina.

Buat yang in-relationship, no-relationship, dan diri saya sendiri.

Percakapan telepon dibawah ini adalah fiksi dan rekaan semata, namun berdasarkan basis fakta yang sering terjadi di kalangan mana-saja:
1st party, si cewe (Ce): "Halo, Sayank! Lagi ngapain?"
2nd party, si cowo (Co): "Halo juga, Yank! Lagi buka Fr********, nich! Yayank lagi ngapain?"
Ce: "Lagi bikin peer, nich! Tapi, tiba-tiba keinget and kangen yank."
Co: "Aku juga kangen ma yank...Eh, Yank, di Fr******** yank ada comment dari cowo mana tuch? Pake say-say-an lagi!" (Nada sinis and jeles ga karuan)
Ce: "Duh, Yank. Itu cuma si Anu. Biasa itu, dia emang suka panggil aku say-say gitu. Tapi kita ga ada apa-apa kok. Yank kan tau kita putusnya udah lama. Dasar dianya aja yang masih suka panggil say gitu..." (Si cewe -- apa-mau-dikata -- emang populer di kalangan remaja-remaja gaul, terutama yang berjenis kelamin lelaki -- serta juga suka menjaga hubungan baik tidak hanya dengan teman, tetapi juga dengan mantan)
Co: "Terus aja comment-comment-an sama dia! Comment-an sama aku ga mau!" (Wah! Sarkasme dah ikut main, nich!)
Ce: *Omigosh! Tiap hari udah telpon-telponan juga! Kayak gue ga pernah kontek dia aja!* "Ga gitu, Yank! Dia yang comment duluan, trus aku bales, kan ga enak kalo ga dibales.." (Tetep ga berani buat serang balik..)
Co: "Aku comment ga pernah dibales!" (Nada tinggi)
Ce: "Udahlah, Yank! Orang lagi cape juga! Pake acara dimarah-marahin lagi! Ga tau apa orang lagi stres?!!" (Nada lebih tinggi. Otak udah ngasep+emang temperamental)
Co: "Engga gitu, yank..." (Sekali disemprot langsung padem)
Ce: "Engga gitu apanya?!!" *Menangis meraung-raung* "Yank tuch selalu gitu! Aku ga pernah boleh kontekan ma temen-temenku (yang 90% cowo)! Aku kan cuma temenan aja! Aku kan cintanya cuma sama Yank aja!" (Duh, kata-kata ma-ut..)
Co: *sigh* "Ya udah, Yank! Ya udah! Aku ga marah lagi kok...Udah ga pa pa, jangan nangis lagi..." (Duh, cepet ga tega pulak...)
Ce: *hik, hik* "Iya..., tapi yank jangan marah lagi, ya...Aku cinta banget sama Yank...Muach!" (Jurus andalan disaat genting)
Co: *Biar kate ati masih mau marah...* "Ya udah, bobo gih! Cinta kamu juga..Muach!"

3rd party: *Percakapan bego and gelo....* *sigh*

>
So, what d'ya think?
cowo-posesif dan cewe-populer, atawa cewe-posesif dan cowo populer....
Bikin pusing... Siapa salah?

Sisi #1:
Salah Co, karena emang tidak seharusnya dia ngatur-ngatur dengan siapa si Ce bergaul! Ce kan punya kehidupan sendiri! Kalo si Co aja bisa bergaul dengan leluasa, kenapa tidak si Ce? Kan udah zamannya emansipasi wanita! *DENG*
Lagian ini kan baru pacaran, bukannya udah married. Jadi sah-sah aja dong kalo si Ce mau melebarkan network kemana-mana...Si Co juga emangnya ga cape apa? Nge-mosesifin si Ce yang belom tentu jodoh? Kan jadinya kayak ngejagain barang orang lain gitu...

Sisi #2:
Salah Ce, karena ngga seharusnya dia terlalu berakrab-akrab, apalagi sampai panggil say ke temen-temen cowonya, apalagi mantan-mantannya. Terutama karena dia udah in-relationship, maka seharusnya dia lebih menjaga perasaan pasangannya. Juga tidak boleh terlalu menganggap enteng perasaan marah, jeles, tidak nyaman, dll dari pasangan agar tercapai suatu kesepakatan.*DENG* (Lu kate musyawarah mufakat?)

Sisi #3:
Penting ga sich, dicari siapa yang salah? Cewe atawa cowo, kalo sama-sama nyerang, sama-sama mojokin, sama-sama nyari kelemahan dalam kesempitan, itu biasa...Emang udah seharusnya gitu kali, bo!Saling cakar, saling gigit...Euu, emang kucing? Heheheheh....Nyang penting, itu emang udah dari sononye cewe ama cowo tuch begindang, biar survive! Basic instinct!

Sisi #4:
Duh, gw jadi takut pacaran nich! Gw ga mau dikekang -- secara gw anak ga-ul gitu lhoh, tapi gw mau pacaran -- tar kalo ga pacaran dikira ga laku lagi! Gimana donk?

Sisi #5:
Itulah kenapa gue males pacaran!

Sisi #6:
Cuma gitu aja kok dibikin repot?!
(Heheheheheheh.............. :P)

Sisi #7:
F**kin' Sh*t! (sorry...)

>
Saya pribadi lebih suka #6, Anda?


Love,
Lina.

IDENTITAS SAYA

"saya ini terdiri dari banyak identitas.
ada saya yang pergi sekolah, ada saya yang menangis, ada saya yang teman sekamar, dll.
tapi saya di blog ini adalah palsu, dengan perasaan yang palsu, pemikiran palsu (tetapi bukan copycat, lhoh!), dan kata-kata yang juga palsu.
Selamat menikmati!"
Love,
Lina.

A New Blank Page

Been awhile since the last post on another blog, last perilous thoughts on perilous medium.

I missed it.

I hope I'll write better this time, with more critical thoughts and even more critical comments.
Or maybe, more romantic thoughts with more engaging comments.

Wish me luck, and I shall begin scrambling my brain for the buried musings.




Love,
Lina.